lensaperjalanan.com – Di balik gerobak sederhana yang mangkal di kawasan Surabaya, ternyata ada sosok luar biasa bernama Pak Ujang. Dulunya seorang koki di hotel bintang lima, kini beliau memilih jalan hidup yang lebih sederhana: berjualan nasi goreng gerobakan. Meski tampil apa adanya, racikan nasi gorengnya tetap mempertahankan kualitas rasa ala restoran mewah. Kisah inspiratif ini jadi bukti bahwa passion dan keikhlasan bisa membawa kebahagiaan tersendiri.
Buka Suka-Suka, Tapi Tetap Dinanti
Pak Ujang membuka lapaknya tidak menentu, kadang jam 6, kadang jam 6.30 malam. Meski begitu, pelanggan setianya selalu sabar menanti. Saat Bang Evan datang, Pak Ujang bahkan belum selesai menyapu, tapi antrean sudah mulai terbentuk.
Menu Sederhana, Rasa Istimewa
Menu yang ditawarkan cukup lengkap—nasi goreng, mie goreng, capcay, dan berbagai minuman. Dalam satu malam, biasanya Pak Ujang menyiapkan 100 porsi nasi goreng, 20 porsi mie goreng, dan 30 porsi capcay. Semua dimasak sendiri dengan bumbu khas racikan Pak Ujang.
Kisah Perjalanan Pak Ujang
Pak Ujang dulunya bekerja di hotel selama lebih dari 10 tahun. Ia sempat menjadi tukang masak (koki) sebelum akhirnya memutuskan untuk mandiri dan berjualan menggunakan gerobak sejak tahun 2000. Modal pertamanya hanya sekitar Rp500.000–Rp1.000.000.
Baca Juga
Pangsit Goreng Legendaris di Cengkareng Timur
Resep Rahasia dan Favorit Pelanggan
Yang menjadi favorit di lapak Pak Ujang adalah nasi goreng merah dengan topping hati ayam goreng, bakso, dan sosis. Menariknya, nasi yang digunakan adalah nasi pera (tidak lengket), yang jadi syarat utama untuk hasil nasi goreng yang maksimal. Di Surabaya, nasi goreng merah adalah standar, kecuali pelanggan minta yang putih.
Ramai Pembeli, Tapi Tetap Konsisten
Setiap malam, pengunjung selalu ramai. Bahkan sebelum nasi gorengnya matang, sudah banyak pelanggan yang mengantre. Pak Ujang tetap membatasi satu wajan hanya untuk 10 porsi agar rasanya tetap konsisten. Yang membagikan porsi ke piring-piring adalah putri Pak Ujang sendiri.
Penutup
Meskipun hanya berjualan dengan gerobak, rasa dan kualitas masakan Pak Ujang tidak kalah dengan restoran. Dari seorang koki hotel menjadi pedagang kaki lima, Pak Ujang tetap menjunjung tinggi rasa dan pelayanan. Sukses terus, Pak Ujang!