Semarang, kota yang dikenal dengan kekayaan kuliner khasnya, menawarkan berbagai sajian legendaris yang menggugah selera, salah satunya adalah mangut belut. Hidangan tradisional ini menjadi primadona di warung legendaris seperti Haja Nasimah yang telah berdiri sejak 1975. Dengan aroma khas dari belut yang diasap dan cita rasa kuah mangut yang pedas gurih, mangut belut menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan. Di balik kesederhanaan sajiannya, tersimpan kelezatan yang otentik dan penuh cerita dari generasi ke generasi. Bagi para pecinta kuliner, menikmati mangut belut di Semarang adalah sebuah perjalanan rasa yang tak boleh terlewatkan.
Perjalanan Kuliner di Semarang: Awal yang Berkesan
Begitu tiba di Semarang, saya disambut dengan hujan deras. Awalnya saya berpikir, “Wah, ini pasti pertanda baik.” Biasanya hujan membawa rezeki yang mengalir, bukan? Sebenarnya, rencana awal saya adalah kulineran ke Kudus dan Jepara. Namun, karena perjalanan dimulai di Semarang, saya memutuskan untuk membuka petualangan kuliner ini di sini.
Destinasi Pertama: Mangut Belut Legendaris
Tujuan pertama saya adalah mangut belut di warung Haja Nasimah di kawasan Sampangan, tepatnya di Jalan Manoreh Raya No. 10B. Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1975, menjadikannya salah satu tempat kuliner legendaris di Semarang. Saat tiba, suasana prasmanan langsung menyambut saya.
Kisah di Balik Warung Mangut Belut
Pemilik warung, Bu Subyati, menjelaskan bahwa bisnis ini adalah warisan keluarga yang sudah berjalan hingga generasi kedua. Awalnya, dagangan ini dimulai dengan cara sederhana, seperti pikulan atau tenda kecil. Namun, seiring berkembangnya waktu dan daerah sekitar, warung ini semakin dikenal. Bahkan, banyak artis dan pejabat yang sudah mencicipi makanan di sini.
Menu Andalan: Mangut Belut dan Keunikan Rasanya
Mangut belut di sini sangat istimewa karena menggunakan belut asap. Proses pengasapan memberikan aroma smoky yang khas dan membuat rasa kuah mangut semakin mendalam. Selain mangut belut, ada juga menu lain seperti kepala manyung dan ikan pari asap yang tak kalah lezat.

Pengalaman Makan: Sensasi Rasa yang Tak Terlupakan
Ketika makanan sudah tersaji, saya tak sabar mencicipi mangut belut, pari asap, keong sawah, dan beberapa lauk pendamping lainnya. Kuah mangut belutnya memiliki cita rasa gurih, pedas, dan aroma asap yang memikat. Belutnya empuk dan mudah dimakan, bahkan durinya tidak menyulitkan.
Keong sawah memberikan sensasi kenyal yang unik, sementara pari asap terasa lembut dengan kuah mangut yang sedikit berbeda namun tetap lezat. Semua menu ini menciptakan harmoni rasa yang membuat saya ingin terus mencicipi.
Harga dan Pengalaman Tak Terlupakan
Bu Subyati menjelaskan bahwa harga makanannya cukup terjangkau. Sebagai contoh, satu porsi mangut belut atau pari asap dibanderol sekitar Rp20.000 hingga Rp25.000. Keong sawah hanya Rp10.000 per porsi. Harga yang sangat ramah kantong untuk makanan seenak ini.
Setelah selesai makan, saya sempat berbincang dengan Bu Subyati. Meski banyak yang menyarankan membuka cabang di Jakarta, ia lebih memilih tetap di Semarang agar bisa menjaga kualitas dan tradisi masakan keluarga.
[…] Baca Juga : Menikmati Mangut Belut Legendaris Semarang […]
[…] Menikmati Mangut Belut Legendaris Semarang […]