Perjalanan Menuju Banda Neira
Ungkapan Sultan Syahrir, “Jangan mati sebelum ke Banda Neira,” menggugah rasa penasaran untuk menjelajahi keindahan alam, sejarah, dan keragaman hayati laut pulau ini. Perjalanan ke Banda Neira kali ini merupakan kelanjutan dari pendakian ke Gunung Binaya di Pulau Seram, Maluku.
Keindahan Banda Neira
Setibanya di Banda Neira, kami disambut pemandangan Gunung Api Banda yang megah. Pulau ini dikenal sebagai satu-satunya penghasil pala di dunia pada masa lalu, menjadikannya pusat sejarah perdagangan rempah-rempah dunia. Kami menginap di penginapan Bintang Laut, yang menawarkan pemandangan langsung ke Gunung Api Banda.

Benteng Belgica: Ikon Sejarah Banda Neira
Kami mengunjungi Benteng Belgica, sebuah benteng megah yang dibangun pada tahun 1611 di Bukit Tabaleku. Benteng berbentuk segilima ini dulu digunakan untuk melawan perlawanan rakyat Banda terhadap monopoli VOC. Kini, Benteng Belgica menjadi cagar budaya dan ikon sejarah Banda Neira.

Pulau Banda Besar: Kekayaan Pala dan Peninggalan Sejarah
Pulau Banda Besar, juga dikenal sebagai Pulau Lontar, merupakan pulau terbesar di Kepulauan Banda. Di sini, kami melihat kebun pala yang menjadi mata pencaharian utama penduduk setempat. Salah satu peninggalan sejarah yang menonjol adalah Benteng Hollandia, yang berdiri kokoh di ketinggian 100 meter sejak tahun 1624. Benteng ini dulunya digunakan untuk memantau aktivitas rakyat dan lalu lintas perairan.
Keindahan Alam dan Kekayaan Budaya
Perjalanan ke Banda Neira bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang mendalami sejarah kolonialisme dan kekayaan budaya Maluku. Dari benteng bersejarah hingga keindahan bawah laut, Banda Neira menyimpan keajaiban yang memikat hati setiap pengunjung.
