|

Itinerary & Budget Liburan 4D3N ke Semarang

Lensaperjalanan.com – Perjalanan kali ini terasa sedikit berbeda. Tidak ada suara pengumuman bandara atau derap langkah terburu-buru di terminal keberangkatan. Saya memilih cara yang lebih santai, lebih ekonomis, namun tetap menyenangkan: naik kereta dari Jakarta menuju Semarang. Duduk nyaman di kursi, membiarkan pemandangan luar jendela berganti perlahan, saya merasa seperti kembali ke ritme yang lebih manusiawi, di mana perjalanan bukan sekadar sampai tujuan, tapi juga tentang menikmati prosesnya.

Tiketnya saya pesan dengan mudah lewat Traveloka. Praktis, cepat, dan sudah termasuk asuransi perjalanan serta pilihan refund. Tidak perlu repot, cukup beberapa klik di ponsel, dan saya siap berangkat. Lima jam di kereta berlalu tanpa terasa. Begitu tiba di Semarang, kota ini langsung menyambut dengan suasana yang ramah, udara yang sedikit lebih hangat, dan aroma kuliner semarang yang menggoda dari setiap sudut jalan.

Selama empat hari tiga malam, saya menjelajahi sudut-sudut kota Semarang. Dari jajanan kaki lima hingga museum seni kontemporer, dari kopi di bangunan tua hingga rumah hantu di wahana wisata keluarga. Rasanya seperti masuk ke dalam cerita yang tiap babnya menawarkan rasa dan suasana yang berbeda. Semua perjalanan ini saya rangkum, tidak hanya sebagai panduan, tetapi sebagai pengalaman yang mungkin bisa kamu nikmati juga, saat kamu memutuskan untuk datang dan merasakan sendiri kota yang satu ini.

stasiun tawang semarang

Hari pertama mencicipi Ayam Goreng Sayangan dan aroma kota tua

Begitu tiba di Semarang, saya langsung sewa mobil lewat Traveloka. Saya pilih pakai sopir agar bisa menikmati suasana tanpa stres. Tujuan pertama adalah warung Ayam Goreng Sayangan sederhana tapi menggoda. Ada dua pilihan, dada fresh dan dada ungkep. Fresh lebih juicy dan kenyal, sementara ungkep lebih dalam rasanya karena pakai ayam kampung. Sambalnya ada tiga, sambal bawang, terasi, dan sambal original. Favorit saya tetap sambal terasi, pedasnya punya karakter.

Ayam Goreng Sayangan Semarang

Sore itu saya berjalan kaki ke Kota Lama. Bangunan kolonial tua berdiri gagah, jalan berbatu seperti membawa saya kembali ke masa lalu. Di tengahnya, ada sebuah kafe bernama Tekodeko. Bangunan tua yang dulunya gudang, pernah jadi hotel, pabrik, lalu berubah jadi kedai kopi tenang. Saya pesan kopi Londo, racikan akulturasi budaya Jawa, Arab, Tionghoa, dan Belanda. Ada kayu manis, kopi pekat, dan biskuit khas. Di sini, waktu rasanya melambat.

Kopi Tekodeko Semarang

Baca Juga :
5 Rekomendasi Tempat Wisata Menarik di Pekalongan, Cocok Buat Liburan Bareng Keluarga

Menginap Strategis dan Nyaman di Rez Hotel Semarang

Setelah seharian berkeliling Kota Lama dan mencicipi berbagai kuliner semarang, saatnya beristirahat di salah satu akomodasi yang sedang naik daun di kota ini: Rez Hotel. Hotel ini bukan hanya populer di kalangan wisatawan, tapi juga menjadi favorit para pemburu spot Instagramable karena interior dan arsitekturnya yang estetik.

Lokasinya sangat strategis. Terletak di jantung kota, menjadikan akses ke berbagai destinasi populer seperti Kota Lama, Simpang Lima, dan pusat kuliner semarang hanya butuh waktu singkat. Bahkan, dari depan hotel, hanya dengan berjalan kaki beberapa langkah, kita sudah bisa menemukan warung legendaris seperti nasi goreng babat yang menggugah selera.

Kamar yang saya pesan adalah tipe twin, luasnya mencapai 90 meter persegi. Benar-benar lega dan nyaman. Cocok untuk kamu yang bepergian bersama teman atau keluarga. Area kamarnya lapang, dengan dua ranjang besar, lemari penyimpanan tertata rapi, televisi layar datar, dan pencahayaan yang hangat. Salah satu hal yang saya suka adalah area wastafel yang terletak di luar kamar mandi. Detail ini membuat rutinitas pagi jadi lebih fleksibel, terutama jika menginap berdua.

Rez Hotel juga menawarkan kemudahan lain seperti pemesanan melalui Traveloka dengan fitur free cancellation. Ini sangat membantu kalau tiba-tiba rencana berubah di detik terakhir. Dengan pembatalan fleksibel, kita bisa tetap tenang tanpa takut rugi. Proses check-in juga cepat dan ramah, membuat pengalaman menginap terasa mulus dari awal hingga akhir.

Buat kamu yang mencari hotel dengan harga masuk akal, lokasi strategis, kamar luas, dan desain kekinian, Rez Hotel bisa jadi pilihan ideal. Apalagi jika kamu suka mengabadikan momen saat traveling di Semarang, beberapa sudut di hotel ini bisa jadi spot foto yang menarik untuk mengisi feed media sosial kamu.

Rez Hotel Semarang

Menutup Hari dengan Nasi Goreng Babat Petai Legendaris Pak Bandi Semarang

Malam pertama di Semarang saya mengakhiri dengan menikmati nasi goreng babat yang sudah terkenal sebagai salah satu kuliner khas kota ini. Nasi goreng di Semarang berbeda dari yang biasa ditemukan di kota lain karena teksturnya yang lebih lembap dan bumbu yang meresap kuat, terutama aroma bawang putih yang begitu terasa. Babat yang digunakan sebagai topping utama diolah dengan teknik khusus hingga empuk dan tidak berbau, sehingga menambah kenikmatan setiap suapan.

Saat seporsi nasi goreng babat datang, aromanya langsung menyambut dengan hangat. Tidak seperti nasi goreng kering pada umumnya, nasi ini sedikit basah karena penggunaan kecap manis yang melimpah serta bawang merah dan bawang putih yang ditumis hingga harum. Rasa manis dan gurih berpadu dengan lembutnya babat, pete, dan telur yang melengkapi hidangan ini.

Babat gongso, yang terdiri dari babat hitam, babat putih, dan usus, menjadi pelengkap istimewa yang memberikan tekstur beragam di setiap gigitannya. Sensasi rasa dari pete yang khas berpadu dengan bumbu yang kaya membuat nasi goreng ini menjadi pengalaman kuliner semarang yang sulit dilupakan, terutama bagi pecinta makanan dengan cita rasa otentik.

Lokasi kedai nasi goreng babat ini sangat strategis, hanya beberapa langkah dari Rez Hotel, sehingga menjadi pilihan tepat untuk makan malam setelah seharian berkeliling. Menikmati hidangan hangat di malam hari di tengah suasana Semarang yang tenang memberikan kehangatan tersendiri bagi para wisatawan dan penduduk lokal.

Kedai sederhana ini memang tampak biasa, tetapi rasa yang dihasilkan mampu memberikan kepuasan luar biasa. Bagi siapa saja yang ingin merasakan kuliner malam yang otentik dan kaya rasa, nasi goreng babat di Semarang adalah pilihan yang tidak boleh dilewatkan.

nasi goreng babat pak bandi

Hari Kedua Sarapan Mie Kopyok lalu Mampir ke Kedai Kopi Tersembunyi

Pagi itu saya mencari sarapan khas Semarang, mie kopyok. Isinya sederhana, tahu pong, lontong, tauge, dan mie kuning dalam kuah bawang putih bening. Saat ditambah sambal dan kerupuk gendar, rasanya jadi ringan tapi mantap. Makanan ini bukan tipe yang mengagetkan, tapi menenangkan.

Menjelang siang saya ngopi di Fana Coffee. Tempatnya kecil dan tenang. Mereka spesialis filter coffee dan punya banyak pilihan origin. Baristanya sabar menjelaskan setiap biji kopi, terasa seperti kelas kecil untuk pencinta kopi. Saya minum pelan sambil menikmati musik jazz dan langit yang teduh.

Sore harinya saya mencoba tahu gimbal. Isinya lengkap, dari kol goreng sampai gimbal udang dan lontong, semua disiram sambal kacang yang diulek kasar. Pedasnya level tinggi, jadi saya pesan yang sedang saja. Gimbalnya besar, renyah, dan udangnya masih terasa.

Untuk makan malam saya pilih nasi gandul, khas Pati. Disajikan di atas daun pisang, kuahnya manis gurih dengan aroma rempah yang kental. Saya ambil daging, koyor, dan paru. Koyor-nya lembut dan mudah dikunyah. Kalau kamu pencinta jeroan, ini surgamu.

Hari Ketiga Naik Kereta Uap dan Mencicipi Kudapan Gang Kecil

Saya mulai hari dengan soto ayam Pak Banjar, mangkuk kecil yang bisa ditambah sendiri topping-nya. Kuahnya ringan tapi kaldu ayamnya terasa. Sambalnya dibuat dari cabai rawit merah, pedasnya meledak. Tambahkan sedikit kecap dan jeruk, rasanya jadi seimbang.

Kemudian saya menuju Stasiun Ambarawa untuk naik kereta uap ke Tuntang. Perjalanannya hanya setengah jam, tapi pemandangannya luar biasa. Di Tuntang saya jajan bubur sumsum, manis dan gurih, sambil menyaksikan pertunjukan seni lokal.

Sore harinya saya ngopi lagi, kali ini di Kafe GT. Lokasinya tersembunyi di gang kecil. Menunya sederhana, tapi bikin rindu rumah. Ada mendoan, kwetiau goreng, dan pisang tanduk goreng. Pisangnya dibalur adonan tipis lalu digoreng hingga garing. Cocolan gula jawa cairnya luar biasa.

Malamnya saya mampir ke Warung Batum. Menu utamanya gudeg basah, dengan koyor, telur, dan sambal rawit. Rasanya pedas manis, kuahnya kental, dan tidak terlalu manis seperti gudeg Jogja. Cocok untuk lidah Jawa Tengah.

Hari Terakhir dengan Misoa Hangat dan Ayam Goreng Legendaris

Pagi itu saya menutup perjalanan dengan misoa ayam Riski. Semangkuk misoa lembut dengan kulit ayam goreng, telur, dan kuah kecap gurih. Hangat dan sederhana, tapi pas sekali dengan suasana pagi Semarang.

Sebelum kembali ke Jakarta, saya menyempatkan diri ke Dusun Semilir. Ada wahana keluarga, seluncuran sepanjang 50 meter, dan rumah hantu. Tiketnya saya beli lewat Traveloka, praktis dan banyak pilihan.

dusun semilir semarang

Makan siang terakhir saya pilih ayam goreng Pakne Heksa. Ayam asin goreng basah disajikan dengan sambal bawang dan nasi putih hangat. Ayamnya gurih sampai ke dalam, sambalnya segar, dan porsinya pas.

Sebelum benar-benar pergi, saya mampir ke Lumpia Cik Meme. Lumpia generasi kelima ini punya rasa rebung yang ringan, kulit renyah, dan bumbu yang seimbang. Konon katanya, ini adalah hasil dari kisah cinta dua budaya, Tionghoa dan Jawa, yang berpadu lewat makanan.

 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *